IPO atau Initial Public
Offering, atau penjualan saham perdana dialkukan oleh perusahaan yang sudah
lolos uji yang sangat ketat dari Pasar Modal. Tentu saja pasar belum tahu
berapa sih harga yang pantas untuk saham tersebut per lembarnya, Memang ada
masa book-building yakni masa penjajagan berapa banyak sih yang akan pesan
dengan harga yang akan dipasang. Lembaga under-writer lah yang bertugas
mengatur semua, memperkirakan berapa harga bahkan menanggung saham yang tersisa
bila pada hari perdana ternyata terjadi under subscribed.
Suatu saat seorang sahabat
mengirim SMS menanyakan tentang
pergerakan saham yang barusan IPO.
-
Harga perdana
350, sekarang 375 beli tidak?
Kemudian tiga hari
kemudian kembali ia kembali SMS,
-
Harganya sudah
mencapai 600, apakah sudah maksimum? Apakah besok turun?
Wah, terus terang saya
tidak bisa menjawab. Saya belum pernah trading di pasar sekunder saham yang
barusan IPO. Saya tidak memiliki data historis saham tersebut. Saya tidak
memiliki DER, ROE, Booked Value, Earning saham IPO. Data pertumbuhan tiga, lima
apalagi delapan tahun tentu belum ada. Jadi analisa fundamental tidak bisa saya
lakukan tanpa melihat prospektus saat IPO.
Memang beli saham perdana
itu menurut statistik, menguntungkan. Tapi saham IPO yang kinerjanya kinclong
antrinya juga luar biasa (over subscribed). Saya pernah antri beli sebuah saham
BUMN yang lagi IPO, hanya memperoleh 10% dari dana yang saya transfer dan
cilakanya 90% sisa dana ini membeku di pasar modal, hanya bisa dicairkan
setelah beberapa waktu. Kadang-kadang seorang investor bukan hanya melihat
prospektus tapi juga melihat apakah BUMN atau bukan bahkan melihat juga siapa
under-writernya.
Tingkah laku saham IPO di
pasar sekunder memang bermacam-macam. Ada yang langsung dalam seminggu melejit
500%, tapi ada juga yang naik sedikit terus setelah itu, turun, turun, turun
dan turun terus sampai hanya 60% harga perdana. Kadang-kadang ada rumor-rumor
yang kurang sedap tentang IPO. Terlalu banyak lorong gelapnya dan saya terlalu
takut untuk terjun.
Mungkin yang paling aman,
pelajari prospektus dan antri beli saham perdana. Kalau over-subscribednya
tinggi mungkin sekuritas bisa membantu mencarikan, nitip ke anggota yang lain.
Selamat mencoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar