Pada sebuah pelatihan pasar modal bagi pemula, saya minta
seorang peserta melemparkan delapan buah koin 500 rupiah dari kuningan.
Kemudian menghitung berapa gambar garuda yang muncul.
Dari sepuluh kali
lemparan, sudah bisa di duga gambar tersebut muncul empat kali, atau 50% dari
delapan. Kemungkinan (probability) dari
sebuah keping uang logam menurut teori memang 50%.
Jumlah keping yang muncul
kurang dari empat adalah 3 atau 5, kemudian yang sangat sedikit muncul 2 atau 6.
Bila kita melakukan percobaan dalam frekwensi yang
banyak, 50 kali misalnya, maka tetap jumlah 4 adalah yang terbanyak dan
berikutnya 3 atau 5. Mengikuti pola yang sama, yakni bentuk genta atau bell.
Angka 4 disebut modus atau mode, atau jumlah yang paling sering muncul.
Apakah pernah dalam salah satu lemparan kedelapan uang
logam tersebut, terlentang atau gambar garuda semua? Bisa terjadi kalau
frekwensi percobaan makin sering.
Bila anda kurang kerjaan, daripada melamun,
silahkan coba pada lemparan ke berapa SEMUA coin tersebut terlentang atau tengkurap.
Catat pada percobaan keberapa dan tolong beritahu saya, karena saya juga
kepingin tahu berapa probabilitas semua tengkurap atau semua telungkup dari 8
coin tersebut. Heee....
Pola kecenderungan inilah yang dikenal dengan Normal
Distribution atau Distribusi Normal dari sebuah kemungkinan. Distribusi Normal
ini ternyata dapat diterapkan pada banyak sekali peristiwa sehari-hari.
Ambilah
sampel sebuah kelas di SD Plumbon kabupaten Sleman misalnya, ternyata
modus tinggi badan murid kelas satu adalah 116 – 118 cm. Bila ada murid
yang tingginya 100 cm atau 130 cm, adalah suatu penyimpangan.
Lebarnya
penyimpangan ini ternyata bisa juga diukur dengan sebuah standar deviasi, bila
lebih dari sebuah standar maka penyimpangan cukup menarik perhatian untuk di
evaluasi lebih lanjut.
Pada suatu ketika, di makam Kuncen Jogyakarta, saya
menunggu jenazah seorang kenalan yang di terbangkan dari Jakarta. Karena tidak
ada kerjaan, saya kemudian mengamati nisan-nisan yang ada. Saya abaikan nisan
anak-anak Balita yang saya temui disana, namun saya memfokuskan penelitian ke
nisan penghuni biasa dari makam tersebut. Dari 50 nisan yang saya baca, tidak
saya temukan ahli kubur yang saat meninggal berusia 40 tahun. Demikian juga
saya tidak menemukan ahli kubur yang berusia 92 tahun. Modus yang paling banyak
adalah kelompok usia 68-70 tahun. Itulah rata-rata usia maksimum orang Jogya
(mungkin lho). Memang saya temukan ada satu jenazah seorang kyai yang berusaia
115 tahun, tapi itu sebuah penyimpangan sangat besar yang bisa diabaikan dalam
perhitungan.
Teori Distribusi Normal ini, mungkin bisa juga diterapkan
pada harga sebuah saham. Rahasia keakuratan tentu pada jumlah sampelnya. Jumlah
sampel yang terlalu besar misalnya dua tahun tentu sudah obsolete dan tidak
bisa dipakai. Terlalu kecil misalnya hanya 10 hari, juga kurang mewakili dan
kita bisa terjerembab.
Deviasi atau penyimpangan menjadi petunjuk apakah harga
sudah menyimpang terlalu mahal atau terlalu murah.
Percaya atau tidak, terserah
anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar