Nicolas
Darvas, berasal dari Hungaria dan saat perang dunia kedua berkecamuk, dia
melihat tidak ada harapan yang cerah, baik dibawah fasis Nazi, maupun Komunis
Stalin, pada tahun 1943, ia memutuskan hijrah ke Amerika pada usia yang masih belia,
23 tahun. Di New York, dia kemudian menjadi penari Ball-room top dengan bayaran
yang tertinggi saat itu. Namanya kian berkibar dan sering menari ke luar negeri
termasuk ke Eropa.
Tahun 1952, saat ia menari di Latin Quarter’s
New York, agennya mengabarkan bahwa ada seseorang yang booking untuk menari di Toronto
Canada, tapi tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan saham. Saham? Darvas
sebelumnya buta mengenai persahaman, agak bingung juga dia. Dia ditawari
bayaran 6000 saham BRILUND, yang saat itu harganya 50 sen per lembar, sehingga
sekitar 3000 dolar. Sepanjang dia tahu, harga saham naik turun, dia coba
menawar, apakah kalau pemesannya bisa menggaransi andaikata turun dibawah 50
sen, dia bisa mendapat kompensasi selisihnya? Penawar ini setuju, untuk period
6 bulan saja. Semua sepakat.
Setelah
itu, Darvas tidak pernah memikirkan sahamnya lagi, sampai suatu ketika ia
melihat sekilas ke daftar harga saham di koran, ia terkejut membaca harga
BRILUND saat itu 1,90 dolar
per saham. Langsung dia jual sahammnya, rasanya seperti sulap, dalam dua bulan untungnya saja 8.000 dolar. Terpesona oleh dunia saham, modal awal dan untungnya, total 11.000 dolar dia tanamkan lagi ke saham. Namun nasibnya tidak semujur sebelumnya, berturut-turut dia rugi, beli 19 sen, jual 10 sen; beli 12 sen, jual 8 sen; beli 130 sen, jual 110 sen; beli 22 sen jual 14 sen, setiap minggu rata-rata dia rugi 100 dolar, sampai tiba-tiba dia sudah kehilangan 5000 dolar.Darvas tidak menyerah dan terus belajar, dia kemudian memindahkan pasarnya dari Toronto ke Wall-street New York.
per saham. Langsung dia jual sahammnya, rasanya seperti sulap, dalam dua bulan untungnya saja 8.000 dolar. Terpesona oleh dunia saham, modal awal dan untungnya, total 11.000 dolar dia tanamkan lagi ke saham. Namun nasibnya tidak semujur sebelumnya, berturut-turut dia rugi, beli 19 sen, jual 10 sen; beli 12 sen, jual 8 sen; beli 130 sen, jual 110 sen; beli 22 sen jual 14 sen, setiap minggu rata-rata dia rugi 100 dolar, sampai tiba-tiba dia sudah kehilangan 5000 dolar.Darvas tidak menyerah dan terus belajar, dia kemudian memindahkan pasarnya dari Toronto ke Wall-street New York.
Tahun
1957 namanya dalam dunia tari makin berkibar, dan bersama partnernya Julia, dia
mendapat tawaran untuk keliling dunia menari di berbagai belagan dunia. Darvas
kemudian merundingkan cara-cara remote trading dengan brokernya. Semua perintah
jual beli atau informasi dari broker akan dikirimkan dengan fasilitas telegram
melalui hotel dimana Darvas menginap. Sedangkan semua berita transaksi akan
dikirimkan melalui telegram ke Hotel dimana Darvas menginap. Bila kebetulan
Darvas sedang bergerak atau transit, misalnya dari India ke Jepang, maka
telegram di kirim ke 3 alamat, hotel di New Delhi, airport dan hotel di Tokyo.
Karena
perbedaan waktu dan tempat yang berjauhan, Darvasbekerja menghitung
masuk/keluar saham sendirian, tanpa terpengaruh rumor, berita ekonomi, tv (saat
itu masih sangat terbatas). Data dari saham diperolehnya dari Koran pagi Time Magazine
dan Baron‘s Magazine, yang diperolehnya dari drug-store di loby hotel setiap
pagi. Karena keterlambatan informasi, Darvas hanya bisa menghitung pergerakan
harga saat pasar di New York sudah tidur. Tahun
1957, DELAPAN BELAS BULAN, atau 6,5 tahun sejak ia mengenal saham, berdagang
dengan cara demikian, dan dengan box theory, dari modal 10.000 dolar Darvas berhasil
mencetak keuntungan 2 JUTA DOLAR !!
Anehnya
ketika Darvas kembali ke New York, dan bekerja secara nyata di lantai bursa,
peruntungannya jauh melorot. Rupanya, dia banyak terpengaruh keramaian rumor
dan analys yang saling mengklaim ramalannya paling benar dan ini malah mengacaukan
keputusannya. Akhirnya dia balik lagi ke system lama, dengan hanya berkomunkasi
dengan brokernya, dan kinerjanya kembali naik seperti semula,
Darvas
mengembangkan sebuah system trading yang dikenal dengan Box Theory. Trading
range ada dalam sebuah box, sisi atas dari box adalah titik tertinggi
transaksi, namun bila harga mampu menembus angka tersebut, garis tersebut
menjadi dasar box berikutnya diatasnya. Sebaliknya bila harga saham turun
sampai ke dasar box, biasanya akan mantul lagi keatas, bila harga ternyata
menembus garis bawah, maka akan membentuk box baru dibawah box semula.
Theory
ini, tetap relevan pada zaman computer yang sudah ada dimana-mana, theory ini
menjadi dasar dari banyak technical analysis yang saat ini popular. Boxnya bisa
berupa berbagai bentuk, bukan hanya empat persegi computer. Garis box saat ini
tidak harus horizontal danvertical, tapi bisa juga berupa slope yang miring,
bahkan bisa berwujud grafik yang meliuk-liuk. Komputer menggambarkan secara grafis
sisi-sisi dari box yang dihitung dari rata-rata harga saham selama satu periode
(disebut moving average)
Nicolas
Darvas meninggal than 1977, namun teorynya masih tetap menjadi inspirator orang
sampai sekarang Bukunya yang terkenal, ‘How I made $ 2.000.000 in the Stock
Market’, kembali dicetak ulang dengan tampilan aslinya. Tidak berubah.
Nicolas Darvis, memang manusia yang pantang untuk berputus-asa serta mau belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan. Agar tidak terulang kesalahannya, dilahapnya seratus lebih buku tentang dunia baru yang digelutinya di sela-sela waktu senggangnya sebagai penari.
BalasHapusKetika sukses dia berbagi ilmunya dalam beberapa buku yang ia tulis tentang teori yang dia peroleh dari pengalaman, yang nantinya tulisan tersebut menjadi acuan banyak orang yang ingin bergelut dalam dunia persahaman
ND ini kelihatannya menjadi idola bagi Pak SH, beliau walaupun awalnya disiplin ilmunya berbasis teknik telekomunikasi, dikemudian hari terjun kedua dunia persahaman, sambil terus melahap puluhan buku tentang pasar modal disela-sela waktu senggangnya menunggu ibu dirawat. Kemudian apa yang diperolehnya selama merambah dunia pasar modal dan buku-buku yang dibacanya, di tulisnya dalam artikel-artikel di fundamen40. Bahkan kalau tak salah saya dengar pengalaman beliau itu sudah di bukukan oleh penerbit.
Maaf jika kurang berkenan
AKS