Pasar modal, sekalipun bersifat
terbuka, namun seorang investor tidak bisa langsung bertransaksi ke pasar modal, bisa dibayangkan, betapa sibuk dan ruwetnya bila jutaan investor langsung
berdagang di pasar.
Kita harus memiliki pedagang perantara effek atau broker,
yaitu sebuah perusahaan Sekuritas.
Kepada broker-lah kita percayakan
modal kita untuk disimpan dan dikelola, sekalipun keputusan beli atau jual
berikut semua resiko tetap ditangan kita. Broker menerima ‘fee’ berupa prosentasi dari nilai jual atau
beli saham para pelanggannya.
Nah, karena broker akan menjadi partner
kepercayaan kita dalam berinvestasi, pinter-pinter lah memilih broker yang
akan melayani kita.
Pertama, tentu saja realibility. Salah pilih, bertemu broker yang nakal, modal kita bisa digondol pergi. Seperti
kata pepatah.......saat menjemur dendeng janganlah dititipkan ke kucing belang.
Profil atau track record perusahaan sekuritas perlu kita teliti. Syukur-syukur bila
sekuritas tersebut juga perusahaan Terbuka (Tbk.,), sehingga setidaknya
otoritas pasar modal ikut memeriksa laporan keuangan setiap tahun.
Belajar dari
pengalaman beberapa tahun yang lalu, saat pemilik perusahaan sekuritas terkenal
kabur membawa modal pelanggannya, pasar modal saat ini meminta para investor
memiliki kartu Akses. Sehingga kita dapat mengecek sendiri langsung ke pasar modal
apakah transaksi kita dilakukan ‘back to back’ oleh broker ybs. Tanpa ada
rekayasa macem-macem.
Ada pelaku pasar modal yang sangat
concern dengan fee yang dipungut saat kita bertransaksi, namun pada saat ini
dengan persaingan yang cukup tajam diantara para sekuritas maka fee yang dipungut
relatif tidak terlalu besar perbedaannya antara satu broker dengan yang lain. Lagi pula
bila kita bertransaksi mengikuti perhitungan dari system kita, seyogyanya hitung-menghitung fee ini jangan
sampai mengganggu konsentrasi kita dalam bertransaksi.
Perlu juga dipertimbangkan, berapa
‘margin’ yang disediakan bila kita berbelanja saham melebihi modal yang kita miliki, lalu kita terpaksa ngutang dan kena bunganya. Serta berapa hari mereka
memberikan tenggat waktu sebelum Forced sales (jual paksa beberapa saham untuk
menutup hutang).
Tergantung gaya berinvestasi kita. Kita bisa memilih broker yang banyak membantu kita dengan data, saran dan hasil
analisa sekuritas setiap hari, sehingga menolong kita dalam mengambil keputusan. Atau seperti banyak pemain pasar yang sudah memiliki system yang mantap dan
confident dengan perhitungannya sendiri dan tidak perlu atau bahkan menolak
berita atau issue dari para analis lain, yang justru dapat mengganggu keputusan
yang sudah benar.
Sekalipun kita pelaku investasi
dengan system on-line, kadang-kadang kita harus datang juga ke kantor sekuritas
untuk melakukan suatu keperluan atau menandatangani formulir yang tidak dapat
dilakukan secara on-line, untuk itu lebih baik kalau kita memilih broker yang
lokasinya mudah dijangkau dan relative tidak jauh dari rumah atau kantor anda
sekarang. Perlu dicatat....kadang-kadang untuk masalah teknis seperti down-load program
dsb, kita terpaksa datang ke kantor sekuritas. Kantor sekuritas juga salah
satu tempat yang terbaik untuk resque manakala computer, modem, speedy atau flash kita
sedang rewel.
Tergantung kita juga.....ada sekuritas yang tampilan layarnya sangat user friendly dan nyaman dengan segala data yang dibutuhkan, namun ada juga sekuritas yang tampil dengan data yang canggih dan malah terlalu lengkap.
Semuanya tergantung selera anda.
Dan, cari pula Broker yang memiliki
program pembekalan awal bagi para investor pemula dan program customer
gathering untuk pemain lama. Dengan demikian Broker selalu menjalin hubungan timbal
balik yang baik, bukan sekedar mengejar fee.
Last but not least, yang cukup
penting dalah kemampuan software broker yang akan kita pilih. Pada beberapa
system trading, T3B misalnya yang saat ini sangat terkenal di Indonesia,
sangat mengandalkan saat ‘break-out’ dalam eksekusi pembelian. Untuk itu
diperlukan broker yang memiliki programmable entry/exit, di level mana kita
entry dan pada level mana kita exit, baik untuk cut loss maupun saat profit
taking, secara otomatis.
Sistem yang kurang canggih, tidak memiliki fasilitas
otomatis ini, investor terpaksa secara manual memelototi pasar dan mengeksekusi
secara manual.
Terakhir, jam pelayanan antrian.
System yang baik memungkinkan kita untuk antri baik jual maupun beli setiap
saat sejak jam 00:00 pada hari yang
sama. Sehingga setelah anda menyusun ‘trading plan’ sampai larut malam, dapat
langsung dieksekusi mulai jam 00:01 sebelum kita berangkat tidur
Sadhono
Terima kasih atas pencerahannya
BalasHapus