Tidak benar bahwa harga saham perusahaan yang fundamental
bagus selalu naik. Tidak juga betul bila kita mengkoleksi saham yang
fundamentalnya bagus, kita tidak pernah rugi. Sama halnya dengan saham yang
lain, saham yang fundamentalnya kuat juga kadang-kadang naik dan kadang-kadang
turun. Tidak ada hubungan langsung antara harga saham dengan kondisi
fundamentalnya perusahaan. Naik turunnya harga saham seperti komoditas daging
sapi misalnya, adalah dipengaruhi langsung oleh hukum supply dan demand. Bila demand meningkat, maka harga saham akan naik dan
sebaliknya.
Banyak trader yang berhasil meraup banyak gain dari
saham-saham yang fundamentalnya lemah. Lalu mengapa kita lebih aman mengkoleksi
saham yang fundamentalnya lebih kuat? Saham dengan fundamental yang kokoh,
dengan pertumbuhan selama bertahun-tahun selalu meningkat tidak mudah untuk
naik turun-turun dengan drastis. Dengan demikian sekali saham itu membentuk
trend yang menanjak atau menurun, gerakannya berbaliknya akan berjalan lamban
dan lebih bisa diramalkan.
Marilah kita membayangkan saham dengan fundamental yang
kuat, ibarat truck tronton yang bermuatan penuh. Dengan dimensi yang besar dan
berat, truck tersebut berjalan dengan lambat. Untuk berbalik, truck tersebut
membutuhkan manuver lamban dan lingkaran yang panjang. Sedangkan saham dengan
fundamental yang lemah, mirip mobil kecil yang dengan mudah berbalik arah dan
berputar-putar.
Jelas bahwa untuk sukses dalam berinvestasi di Pasar
Modal, tidak cukup hanya dengan mengetahui mana saham yang fundamentalnya bagus
saja. Diperlukan juga kemahiran membaca kapan saat reversal, atau kapan harga
cukup rendah untuk dibeli dan cukup tinggi untuk dijual. Konsep Normal
Distribution dalam Fundamen Top40 hanya salah satu cara membaca kemahalan
harga. Masih banyak, mungkin ratusan methode timing, kapan beli dan kapan jual.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar