Seoul adalah sebuah Global City yang berkembang sangat
cepat. Pengunjung Seoul yang tahun 2012 dikunjungi oleh 10 juta orang asing,
disuguhi kesan pertama dengan modern-nya Incheon Airport yang selama 7 tahun berturut-turut
(2005 – 2012) dimahkotai sebagai Airport terbaik didunia (versi Airport Council
Internasional).
Bila kita ingat
awal pembangunannya di tahun 1992, gelombang protes oleh kelompok pencinta lingkungan,
pemerintah Korea dengan cerdik sengaja membangun airport dengan cara menguruk lebih
dari 5000 hektar kawasan diantara dua pulau, Yeongjong and Youngyu. Selain faktor
keselamatan penerbangan sekaligus mengisolir para pemrotes yang fanatik.
Kereta api
kecepatan tinggi yang futuristik ala film-film Startrek, menghubungkan jarak 70
km dengan ibukota Seoul. Sebagian rel dibangun lurus diatas tanah urugan yang
menyambung airport ke daratan Korea.
Seoul, sekalipun memiliki jaringan kereta bawah tanah
yang terpanjang di dunia, adalah kota yang aman. Beberapa tempat rekreasi di luar, di tepi sungai-sungai kecil yang
bermuara ke sungai Han, menyediakan tempat-tempat untuk jogging bahkan sampai
larut malam.
Siapa mengira macan Asia yang terganas ini pada tahun
1957 hancur luluh mengais sisa-sisa perang. Keadaannya tidak lebih baik dari
Indonesia dibawah pemerintahan PM Syngman Rhee yang korup, kemudian di kudeta
oleh Park Chung Hee yang tangan besi namun bersih.
Kesebelasan sepakbola Korsel saat itu tidak pernah menang
melawan PSSI. Kini Seoul menjadi tuan rumah Piala Dunia, Olimpic Games dengan
kesebelasan yang paling ditakuti di Asia.
Sebagai pusat bisnis. Tempat markas besar Samsung,
perusahaan teknologi terbesar saat ini, LG dan Hyundai. Seoul juga menjadi
pusat keuangan yang penting di dunia.
Sekalipun
demikian, pusat Pasar Modal Korea Selatan bukan berlokasi di Seoul, namun di
kota terbesar kedua Busan. Dengan lebih dari 1700 emiten dan market
kapitalisasi sebesar USD 1.1 trilyun, Pasar Modal Busan cukup diminati investor
asing.
Pemerintah Korea sadar bahwa peranan investor asing masih
sangat dibutuhkan. Berbagai instrument keuangan dan Undang-undang dibuat
sedemkian rupa sehingga capital flow
bagi modal yang sudah masuk Korea sejauh mungkin dicegah. Sekalipun ada beberapa
industri yang diproteksi namun banyak kemudahan dan keringanan pajak untuk
penyertaan modal asing yang menetap.
Sama seperti kita, tahun 1997 Korea Selatan juga kena
krisis ekonomi yang parah.
Sama seperti kita ekonomi korea juga bersandar pada beberapa
gelintir Chaebol (Konglomerat).
Sama juga seperti kita Korea membutuhkan bantuan IMF.
Namun hasilnya jauh berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar