Dalam dunia analisa saham, tanpa kita sadari rata-rata
adalah formula yang paling banyak dipakai. Dunia komputer sudah demikian maju,
sehingga grafik rata-rata dengan mudah bisa digambarkan dan diotak-atik. Mau
rata-rata 5 hari? 12 hari? 20 hari? bahkan satu tahunpun tinggal klik.
Pada saat ini, moving average dan semua aplikasinya yang berdasarkan
pergerakan harga rata-rata dari sebuah seri
harga penutupan sudah demikian luas dipergunakan oleh para trader.
Grafik rata-rata bahkan dikembangkan lagi menjadi eksponensial atau pendekatan
matematik yang lain agar gambarnya lebih halus dan lebih mudah dipergunakan.
Pada umumnya kita percaya bahwa menganalisa pergerakan
harga rata-rata dapat meramalkan harga yang akan datang. Persilangan dari dua
seri rata-rata, diramalkan akan terjadi break-out atau pembalikan sebuah trend
harga saham. Keyakinan bahwa harga rata-rata bisa meramalkan yang akan datang
ini tentu sudah melewati percobaan-percobaan yang intensif. Data mengenai harga
saham setiap saat demikian berlimpah tersedia untuk memanjakan para analis
saham.
Dalam menggunakan rata-rata, kita seyogyanya sedikit
hati-hati. Cobalah kita amati sebuah kasus fiktif yang sangat ekstrim tentang
orang meninggal yang dimakamkan disebuah kuburan, berikut,
Tanggal 1 seorang dimakamkan pada usia 65 tahun
Tanggal 2 seorang meninggal pada usia 6 tahun
Tanggal 3 seorang lagi meninggal pada usia 65 tahun
Tanggal 4 seorang meninggal pada usia 97 tahun
Tanggal 5 seorang lagi meninggal dan dimakamkan pada usia
65 tahun
Usia manusia ditangan Allah Yang Maha Kuasa, namun
bolehkah kita menduga bila tanggal 6 ada yang meninggal lagi, berapakah
usianya?
Berdasarkan modus, atau bilangan yang frekwensi munculnya
paling sering, usia yang akan dimakamkan
tanggal 6 nanti adalah sekitar 65 tahun. Sedangkan berdasarkan rata-rata, yang
akan meninggal nanti usianya 59,6 atau
60 tahun. Nah, mana yang benar?
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar