Mas Hary teman saya
meminta tolong untuk menjualkan sejumlah lembaran saham UNVR dan saham GDYR
warisan almarhum ayahnya. Saham-saham tersebut tidak sampai satu lot dan
menurut nilaikan sekarang sekitar empat juta rupiah lebih sedikit. Tentu saja
dia kecewa berat, dia berpikir warisan yang berharga dan sangat di jaga dengan
baik ini nilainya sampai puluhan juta rupiah. Namun kemudian saya menghibur,
-
Pak itu
nilai sekarang, tapi mungkin saja saham UNVR itu sudah mengalami beberapa kali
splitted sejak tahun tujuh puluhan. Baiknya ditanyakan ke sekuritas.
Saya kemudian
menjelaskan prinsip split-out saham menjadi beberapa saham. Harapannya kembali
mencuat dan saya bawa ke Securitas dimana saya menjadi membernya. Tahukah anda,
berapa nilai beberapa lembar saham UNVR itu sekarang ? Lebih dari 160 juta
rupiah !!
Sahabat saya itu
memang memang mendapatkan harta warisan yang lumayan besar. Kolektor saham
memang bisa saja beruntung bila sahamnya seperti UNVR yang sangat stabil
pertumbuhannya. Namun menurut Michael Turner, kebiasaan mengkoleksi saham
adalah salah satu kebiasaan buruk yang paling banyak menghinggapi para
investor, sekalipun sangat dianjurkan oleh ribuan konsultan investasi. Para
konsultan itu menyebutkan strategi yang cerdik. Dulu memang mungkin strategy
semacam itu bisa berhasil, tapi kini, Turner menyarankan kebiasaan “buy and
hold” itu suatu kebiasaan yang harus dihindari jauh-jauh.
Kebiasaan
mengkoleksi barang kesayangan sih tidak salah. Ada orang senang mengkoleksi
barang antik, kemanapun selalu berburu barang aneh, sampai dari pasar loak
Triwindu Solo hanya untuk mengejar sebuah wajan besi dari jaman Jepang. Ada
juga ibu-ibu yang mengkoleksi peralatan masak, walaupun tidak pernah
dipakainya. Saya punya koleksi kartu telepon yang masih berisi pulsa, tapi
sekarang mau diapakan?
Tujuan bertrading
saham adalah meningkatkan modal kita. Kita adalah investor bukan kolekstor. Bila
kita hanya mengkoleksi saham, maka kita tidak memiliki pegangan kapan untuk
menjual. Suatu sistem trading yang tidak memiliki formula untuk kapan menjual,
bukanlah sistem yang lengkap. Sistem yang lengkap adalah yang memiliki WHAT dan
WHEN dari setiap saham. Mungkin saja memang mengincar deviden? Tapi berapa
persen deviden yang akan dibagikan, bukan dalam kendali kita sebagai investor
kecil.
Sadhono Hadi
Benar" seperti mertua saya. Dia(mertua) tdk mengerti sama sekali tentang saham, ditawari oleh marketing salah satu bank, mungkin kejadiannya sebelum tahun 1990an. Bahkan sertifikat UNVRnya sempat terselip beberapa tahun. Kalau jumlahnya sekitar 306lembar, tapi waktu itu loh.... Lalu diberikan kepada istri saya. Sebenar sempat ditawarkan kebeberapa anaknya yang lain. Tapi karena sertifikatnya yang sudah lusuh bahkan ada beberapa bagian seperti tersiram kopi, jadi banyak yang ogah menerima. Tapi setelah kami urus, ternyata saat ini berjumlah 30600(61Lot). Dengan ini istri saya mengajak orang tuanya pergi UMROH :). Bahkan sampai saat ini orang tua dan saudara"nya belum tau kalau nilai sertifikat itu... Hahahaha
BalasHapusWow 650 juta rupiah !!!! Selamat pak, betul-betul rejeki nomplok ..
BalasHapus