Mencari

Seorang investor selalu YAKIN bahwa rejeki itu ada di pasar Modal. Tugas sejatinya adalah mencari. Keindahannya adalah dalam berusaha menemukan. Akhirnya, kepuasannya tatkala menemukan apa yang diinginkannya
Tampilkan postingan dengan label komoditas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label komoditas. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 Februari 2013

Zakat Trading



Trading itu menyenangkan, bila planning, ramalan dan dugaan kita berjalan sesuai harapan. Tapi jangan sampai kesenangan ini melupakan kewajiban zakatnya. Trading saham seperti berdagang komoditas yang lain itu halal, namun saya belum menemukan bagaimana ketentuan kewajiban membayar zakatnya, setidaknya di Indonesia. Baznas, Badan Zakat Nasional hanya member petunjuk zakat atas kepemilikan si akhir tahun, zakatnya 2.5%. Padahal, selama setahun banyak terjadi jual beli saham dan terkadang hasilnya juga sudah diambil dan sudah dimanfaatkan untk keperluan yang lain. Lha zakatnya tentu saja terlewatkan. Di Malaysia dan Singapore fatwa untuk zakat trading saham ini sudah ada. Saya bukan ahli agama, mungkin saya malah tidak berhak menulis tentang ini disini, namun semoga ada yang lebih berhak dan mengkoreksi tulisan saya ini,

Beberapa fakta yang ada yang bisa dipertimbangkan antara lain,

1.       Jual beli saham, sama halnya dengan dagang komoditas yang lain, adakalanya untung namun ada juga kadang-kadang rugi. Untuk dagang yang rugi tentu tidak ada kewajiban membayar zakat, namun sebaliknya bila dagang kita untung, tidak ada alasan untuk tidak membayar zakat.

2.       Bagi banyak trader, modal yang diputar dalam bentuk saham adalah satu kesatuan modal yang nilainya fluktuatif tergantung harga komoditas saham yang kita miliki.

3.       Sepanjang belum kita manfaatkan cash yang ada di deposit sekuritas, baik untung maupun rugi dalam transaksi sifatnya masih potensial belum definitif. Mengapa? Karena bisa saja setelah rugi, transaksi berikutnya kita untung, begitu juga hal yang sebaliknya. Setelah untung kita tarik cash-nya, barulah untung itu tidak lagi potensial profit, melainkan sudah menjadi definite profit.

4.       Sebagian trader ada yang memanfaatkan modal yang ditanam dalam trading untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, jadi setiap saat bisa saja modal diambil untuk keperluan belanja dapur. Bisa saja sebelum genap satu tahun, setiap saat sebagian modalnya dicairkan untuk kebutuhan rumah tangga yang mendesak.

Dengan demikian, terbuka beberapa pilihan membayar zakat trading di Pasar Modal, sesuai dengan kondisi trader masing-masing

Pilihan A
Dibayar akhir setiap tahun, berdasarkan nilai saldo terakhir baik cash maupun saham, nilai saham dihitung nilai yang terendah. Prinsip tahunan ini saya baca petunjuk dari Baznas dan dipakai juga di Malaysia, Singapore dan Arab Saudi.

Pilihan B
Dibayar tiap bulan berdasarkan berapa sisa profit setiap transaksi setelah dikurangi loss, sekalipun profit tersebut belum ditarik cashnya. Saham yang belum dijual belum diketahui profit maupun lossnya, sehingga belum bisa dihitung zakatnya.

Pilihan C
Zakat dihitung dari setiap transaksi yang menghasilkan profit

Pilihan D
Kombinasi dari pilihan A, B, C diatas

Bahwa Allah itu Maha Tahu, sehingga dalam urusan Zakat ini tidak patut tawar menawar, apalagi negosiasi dengan Tuhan.

Semoga rezeki kita barokah.
Salam.

Selasa, 12 Februari 2013

Saham Truck Tronton



Tidak benar bahwa harga saham perusahaan yang fundamental bagus selalu naik. Tidak juga betul bila kita mengkoleksi saham yang fundamentalnya bagus, kita tidak pernah rugi. Sama halnya dengan saham yang lain, saham yang fundamentalnya kuat juga kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun. Tidak ada hubungan langsung antara harga saham dengan kondisi fundamentalnya perusahaan. Naik turunnya harga saham seperti komoditas daging sapi misalnya, adalah dipengaruhi langsung oleh hukum  supply dan demand. Bila demand  meningkat, maka harga saham akan naik dan sebaliknya.

Banyak trader yang berhasil meraup banyak gain dari saham-saham yang fundamentalnya lemah. Lalu mengapa kita lebih aman mengkoleksi saham yang fundamentalnya lebih kuat? Saham dengan fundamental yang kokoh, dengan pertumbuhan selama bertahun-tahun selalu meningkat tidak mudah untuk naik turun-turun dengan drastis. Dengan demikian sekali saham itu membentuk trend yang menanjak atau menurun, gerakannya berbaliknya akan berjalan lamban dan lebih bisa diramalkan.

Marilah kita membayangkan saham dengan fundamental yang kuat, ibarat truck tronton yang bermuatan penuh. Dengan dimensi yang besar dan berat, truck tersebut berjalan dengan lambat. Untuk berbalik, truck tersebut membutuhkan manuver lamban dan lingkaran yang panjang. Sedangkan saham dengan fundamental yang lemah, mirip mobil kecil yang dengan mudah berbalik arah dan berputar-putar.

Jelas bahwa untuk sukses dalam berinvestasi di Pasar Modal, tidak cukup hanya dengan mengetahui mana saham yang fundamentalnya bagus saja. Diperlukan juga kemahiran membaca kapan saat reversal, atau kapan harga cukup rendah untuk dibeli dan cukup tinggi untuk dijual. Konsep Normal Distribution dalam Fundamen Top40 hanya salah satu cara membaca kemahalan harga. Masih banyak, mungkin ratusan methode timing, kapan beli dan kapan jual.

Salam.



Rabu, 26 Desember 2012

Emosi, Penyakit Utama



Dalam bergelut di dunia saham, emosi sering kali menjadi penyakit utama yang menjadi tirai menutupi kearifan dalam memilih saham. Bila kita terlanjur cinta kepada sebuah Bank dimana kita menjadi nasabahnya, pelayanannya begitu baik dan efisien, pengunjungnya banyak dibandingkan dengan Bank yang lain, maka kita beranggapan sahamnya baik dan kita juga mencintai sahamnya. Kita membeli saham berharap adanya gain atau modal kita tumbuh, pelayanannya prima bukan satu-satunya kaitan bahwa saham Bank tersebut akan tumbuh.

Mungkin, kita menyukai sebuah emiten, karena keponakan kita yang sangat cemerlang, menjadi pimpinannya dan kita yakin perusahaan tersebut bagus. Atau karena bertahun-tahun sejak orang tua kita pengguna sebuah produk odol, maka perusahaan pembuat pasta gigi tersebut menjadi favourit kita dalam bertrading saham. Atau mungkin perusahaan-perusahaan tersebut adalah tempat kita bekerja atau bertahun-tahun berinteraksi. Emosi-emosi demikian menutupi perhitungan rasional kita.

Saham sekedar komoditas. Kita hanya membeli komoditas yang terbaik. Bila mungkin kita membeli pada saat harga termurah dan menjualnya kembali saat komoditas tersebut telah menjadi terlalu mahal. Titik.
Nicholas Darvas, seorang pemain saham yang sukses di tahun 50-han, kecemerlangannya melorot tajam ketika ia membuka kantor di muka New York Stock Exchange, dimana dia bisa mendengarkan semua percakapan dan rumor dari para broker di pasar yang sibuk itu. Intuisinya kembali menajam, saat ia kembali ke pola lama dalam berkomunikasi dengan brokernya: lewat telegram! Ia tutup kembali telinganya dari segala macam rumor yang mengganggu emosinya.

Ilmu perang Sun Tzu yang kini banyak dipakai oleh para usahawan China, dipercaya menjadi resep China saat ini menjadi kekuatan ekonomi  no2 terbesar didunia. Sun Tzu, dalam salah satu ajarannya menyebutkan dalam berkompetisi janganlah emosi mengendalikan tindakan-tindakan bisnis kita. Emosi  menutupi petimbangan akal sehat dan menghancurkan objektivitas, padahal keduanya sangat dibutuhkan dalam berbisnis. Kehilangan control atas emosi menjadi kendala utama, sekaligus merusak senjata kita dalam bisnis.