Mencari

Seorang investor selalu YAKIN bahwa rejeki itu ada di pasar Modal. Tugas sejatinya adalah mencari. Keindahannya adalah dalam berusaha menemukan. Akhirnya, kepuasannya tatkala menemukan apa yang diinginkannya
Tampilkan postingan dengan label pasar modal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pasar modal. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Januari 2014

Berselancar di Awal 2014

Dunia saham itu seperti orang bermain selancar air. Peselancar bisa meniti buih diatas ombak dan disitulah letak ke nikmatannya. Itulah yang dimaksud oleh tulisan bung Benni Sinaga MM dalam bukunya “ Buku Saham Paling Fundamental”
  
Korban yang tenggelam terseret ombak dilaut, tutur Benni Sinaga, biasanya karena kelelahan melawan ombak. Perenang jagoan, membiarkan dirinya terseret kelaut jauh ketengah, kemudian mencari kesempatan untuk mengikuti ombak, berenang dengan tenang kembali ke pantai.
  
Pemain saham yang berusaha melawan keganasan pasar modal saat bearish akan tenggelam menjual sahamnya pada saat rendah. Pemain saham yang berpengalaman dengan saham yang berfundamental bagus, dengan sabar menanti pasar kembali bersahabat dan mengembalikan modal semula.
  
Bagi pemain saham yang senang mandi di laut, tamsil dari bung Benni Sinaga ini sungguh tepat dan perlu menjadi patokan para pemodal khususnya saat pasar modal anjlog di awal tahun 2014 ini.
  

Salam..

Kamis, 12 Desember 2013

Emas

Bukit Pongkor, disitulah terletak mimpi. Mimpi para penggali liar. Puluhan lorong-lorong didalam tanah, sudah berapa ton tanah dan batuan digali untuk mencari benda paling berharga: Emas. Di bukit itulah tersembunyi emas. Kerja keras di tambah nasib baik, dalam sekejab bisa merubah status dari penggali menjadi juragan.

Hanya untuk meneliti apakah ada emas dikawasan itu dan untuk mendapatkan bukti secuil emas, orang bisa menggali sampai 8 meter kubik. Batu dan pasir galian masih harus diolah lagi antara lain dipisahkan dengan bantuan air raksa, dan munculah logam yang bersina kuning cemerlang. Emas 24 karat.


Emas bukan hanya di Bukit Pongkor. Emas juga ada di timbunan saham di Pasar Modal, emas disana malah lebih berkilau dari pada di Pongkor.Tidak usah dibuktikan apakah memang betul-betul ada emas di bursa saham. Namun perlu kerja keras, kesabaran, keuletan dan nasib baik juga.. Kita lebih beruntung dari mereka para penambang, kita  tidak perlu menggali, cukup buka lap-top …. 

Minggu, 12 Mei 2013

Transparansi



Awal  bulan Mei ini sudah banyak laporan Triwulan 1 atau lebih mudah dituliskan Q1 2013 diterbitkan. Laporan Keuangan adalah salah satu wujud transparansi dalam Pasar Modal. Sanksi diterapkan kepada perusahaan yang lalai atau terlambat menerbitkan laporan keuangan, baik triwulan apalagi tahunan yang diaudit Akuntan Publik. Transparansi sendiri adalah salah satu pilar dari Good Corporate Governance yang harus dilaksanakan baik oleh para anggota maupun otoritas Pasar Modal.

Sayangnya masih ada juga perusahaan-perusahaan, bahkan perusahaan besar yang sampai saat ini belum menerbitkan Laporan Tahunan 2012. Kelambatan ini tentu akan mengacaukan analisa dari para investor. Investor Pasar Modal adalah pihak yang paling berat memikul resiko dalam bursa efek. Berinvestasi tanpa mengetahui kondisi perusahaan yang sahamnya akan dibeli, ibarat kesebelasan sepakbola yang tidak mengetahui kekuatan lawan, berspekulasi bahkan membabi buta.

Perusahaan-perusahaan besar yang telah menerapkan system akutansi modern, justru lebih tertib dan cepat melaksanakan kewajibannya. Bagi CFO (Chief Financial Officer) atau Direktur Keuangan, laporan Keuangan, betapapun rumit atau luasnya operasi perusahaan, laporan keuangan hanyalah sekedar memijit tombol computer. Hanya dalam beberapa detik setelah tutup buku, pejabat-pejabat tersebut sudah mengetahui bagaimana Profit & Loss, Balance Sheet dan Cash Flow perusahaan.

Perusahaan yang terlambat melaporkan dapat diduga memiliki masalah dalam manajemennya. Selain mendapatkan sanksi dari otoritas Bursa, public pun menghukumnya. Investor bisa curiga dan menunda mengambil keputusan investasi. Tentu akan berpengaruh kepada harga saham dan pemegang sahampun enggan menyimpannya.

Selasa, 12 Februari 2013

Saham Truck Tronton



Tidak benar bahwa harga saham perusahaan yang fundamental bagus selalu naik. Tidak juga betul bila kita mengkoleksi saham yang fundamentalnya bagus, kita tidak pernah rugi. Sama halnya dengan saham yang lain, saham yang fundamentalnya kuat juga kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun. Tidak ada hubungan langsung antara harga saham dengan kondisi fundamentalnya perusahaan. Naik turunnya harga saham seperti komoditas daging sapi misalnya, adalah dipengaruhi langsung oleh hukum  supply dan demand. Bila demand  meningkat, maka harga saham akan naik dan sebaliknya.

Banyak trader yang berhasil meraup banyak gain dari saham-saham yang fundamentalnya lemah. Lalu mengapa kita lebih aman mengkoleksi saham yang fundamentalnya lebih kuat? Saham dengan fundamental yang kokoh, dengan pertumbuhan selama bertahun-tahun selalu meningkat tidak mudah untuk naik turun-turun dengan drastis. Dengan demikian sekali saham itu membentuk trend yang menanjak atau menurun, gerakannya berbaliknya akan berjalan lamban dan lebih bisa diramalkan.

Marilah kita membayangkan saham dengan fundamental yang kuat, ibarat truck tronton yang bermuatan penuh. Dengan dimensi yang besar dan berat, truck tersebut berjalan dengan lambat. Untuk berbalik, truck tersebut membutuhkan manuver lamban dan lingkaran yang panjang. Sedangkan saham dengan fundamental yang lemah, mirip mobil kecil yang dengan mudah berbalik arah dan berputar-putar.

Jelas bahwa untuk sukses dalam berinvestasi di Pasar Modal, tidak cukup hanya dengan mengetahui mana saham yang fundamentalnya bagus saja. Diperlukan juga kemahiran membaca kapan saat reversal, atau kapan harga cukup rendah untuk dibeli dan cukup tinggi untuk dijual. Konsep Normal Distribution dalam Fundamen Top40 hanya salah satu cara membaca kemahalan harga. Masih banyak, mungkin ratusan methode timing, kapan beli dan kapan jual.

Salam.



Kamis, 13 Desember 2012

Type Investor


Seorang pensiunan BUMN, sebut saja mas Tomo, tinggal di komplek perumahan ujung Timur kota Bandung.  Sejak MPP tahun 2005, ia sulit meninggalkan kebiasaan lama, selama 24 tahun masa keja. 
 Setiap pagi, ia dengan baju rapi, lengan panjang dan membawa tas, menstart Daihatsu Avansa hitam-nya, berangkat ke kantor.

Kantornya kini adalah sebuah kantor sekuritas yang terletak di kawasan bergengsi, jalan Ir.Juanda Bandung. Disanalah ia bersama teman-temannya sejak jam 09:30 pagi sampai jam 16:00 memelototi layar monitor, mengikuti pergerakan harga saham. 
Seorang analis dan beberapa petugas wanita karyawan ‘broker’ saham tersebut siap membantu mas Tomo untuk menjawab pertanyaan mas Tomo dan client-lainnya serta kadang-kadang memberi saran saham mana yang bisa dibeli dan mana yang bisa di-jual.
Di kantor yang sengaja didesain mewah dan nyaman tersebut, mas Tomo dan para investor lainnya seakan dimanjakan untuk bermain saham sepuasnya. Sekuritas menyediakan semua peralatan yang diperlukan, termasuk kalkulator, akses internet, berbagai majalah bisnis dan koran pagi. Bahkan juga segelas teh manis.
Di dinding ruangan terpasang layar TV yang menyajikan channel bisnis internasional yang dihidupkan terus selama jam kantor. Di kantor sekuritas itulah para investor ‘berkantor’ dan mereka pulang tepat jam 16:00 saat jam bursa tutup, dengan membawa portfolio, apakah asset mereka hari itu naik, turun atau tetap ( yang jarang terjadi, kecuali bila seluruh assetnya berupa cash dan dia sekedar ngobrol tidak bertransaksi)

Di kalangan investor ada dua type pelaku, yang pertama seperti yang dilakukan mas Tomo, yang setiap detik mengikuti pergerakan harga saham, naik turun. Dia masuk (membeli) atau keluar (menjual) mengikuti pergerakan harga saham yang sangat dinamis. Jenis type pemain saham ke dua, sebut saja bang Zainal, berbeda jauh dengan gaya mas Tomo.
Zainal, mulai bekerja di rumah justru setelah jam bursa tutup, dia menganalisa pergerakan saham hari itu, termasuk index dan semua informasi yang muncul hari itu. Semua informasi kemudian dibandingkan dengan data yang sudah dimiliki, bila masih dibutuhkan kemudian dia browsing ke beberapa situs saham baik dalam negeri ataupun luar negeri seperti CNN, Bloomberg, Reuters atau Yahoo-finance. Kadang-kadang dia berlangganan situs berbayar, seperti RTI, yang menyediakan antara lain laporan keuangan setiap emiten, pada setiap triwulan. Kadang-kadang dia bekerja sampai larut malam, karena dari 400 lebih emiten tidak ada yang lepas dari pengamatannya dan keesokan harinya dia sudah siap dengan sebuah ‘trading plan’ hari itu.
Pada ‘trading plan’ tersebut, tersedia rencana mengenai saham-saham yang telah dimilikinya, apakah akan ‘hold’ atau ‘sell’, lengkap dengan rencana harga serta kondisi bagaimana trading tersebut akan dieksekusi. Dia juga memiliki daftar saham baru yang akan di ‘buy’, pada kondisi atau ‘timing’ yang bagaimana, lengkap dengan harga ‘stop-loss’ atau bahkan ‘average down’, manakala harga yang terjadi tidak sesuai kondisi yang diramalkan. 
Investor type kedua ini, sering kali justru menghindari terlalu sering menengok layar monitor, mungkin dia hanya membuka computer saat antri pagi hari dan sore hari menjelang jam bursa tutup. Dia menyadari persis bahwa, dengan terlampau sering melihat layar dan mendengarkan rumor, akan mengganggu pelaksanaan rencana yang sudah dibuatnya matang semalam.

Kedua type, baik gaya mas Tomo atau gaya investor seperti Zainal, dapat dilakukan secara on-line, maupun dengan bantuan broker di kantor sekuritas. Tergantung selera, investor bebas memilih, mau gaya ‘instant’  ala mas Tomo, atau gaya well-planned seperti pelaku kedua. Tersilah.

Sadhono Hadi - 20120420