Mencari

Seorang investor selalu YAKIN bahwa rejeki itu ada di pasar Modal. Tugas sejatinya adalah mencari. Keindahannya adalah dalam berusaha menemukan. Akhirnya, kepuasannya tatkala menemukan apa yang diinginkannya
Tampilkan postingan dengan label bearish. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bearish. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Januari 2014

Berselancar di Awal 2014

Dunia saham itu seperti orang bermain selancar air. Peselancar bisa meniti buih diatas ombak dan disitulah letak ke nikmatannya. Itulah yang dimaksud oleh tulisan bung Benni Sinaga MM dalam bukunya “ Buku Saham Paling Fundamental”
  
Korban yang tenggelam terseret ombak dilaut, tutur Benni Sinaga, biasanya karena kelelahan melawan ombak. Perenang jagoan, membiarkan dirinya terseret kelaut jauh ketengah, kemudian mencari kesempatan untuk mengikuti ombak, berenang dengan tenang kembali ke pantai.
  
Pemain saham yang berusaha melawan keganasan pasar modal saat bearish akan tenggelam menjual sahamnya pada saat rendah. Pemain saham yang berpengalaman dengan saham yang berfundamental bagus, dengan sabar menanti pasar kembali bersahabat dan mengembalikan modal semula.
  
Bagi pemain saham yang senang mandi di laut, tamsil dari bung Benni Sinaga ini sungguh tepat dan perlu menjadi patokan para pemodal khususnya saat pasar modal anjlog di awal tahun 2014 ini.
  

Salam..

Rabu, 12 Juni 2013

Saham Jangkar 9 Juni



Saham jangkar adalah 12 urutan bontot dari Fundamen Top40 (daftar saham-saham yang fundamental bagus), saat bearish ini banyak yang harganya menembus murah, yakni harga Modus minus SD=1. Tapi seberapakah murah ini akan terus berlanjut, tidak ada seorangpun yang tahu. Minus pada area underpriced, 50 pada area Modus dan 100 pada area overpriced. Disclaimer on.


KIJA       103.09
ACES       (39.70)
BBNI       (115.78)
BMTR       (66.03)
BTPN 12.00
DILD       (70.00)
ITMG       (68.35)
KBLI (20.44)
KPIG       (84.76)
LPCK       126.80
INCO       98.80
WIKA       (30.10)

Kamis, 07 Maret 2013

Eliminasi




Saya lupa tepatnya, mungkin awal 2009, saat itu pasar sedang bearish. Satu persatu saham yang fundamental bagus masuk dalam basket harga discount. Dalam table excel, lampu hijau menyala: BUY. Itu instruksi yang sangat sulit untuk ditolak. Tidak ada main feeling, system sudah mengatur, formula excel menetapkan IF, bobot fundamental melampaui bobot batas minimal AND harga sudah under-valued, maka lampu hijau menyala. Beli. Hari demi hari lampu hijau baru terus menyala dan pada akhir minggu saya sudah mengkoleksi 9 saham baru. Terlalu banyak memang, tapi saya percaya kepada system yang saya tetapkan sendiri secara konsisten.

Celakanya, ternyata harga-harga merosot terus. Dengan sisa modal yang ada, saya hanya mampu dua kali averaging down. Modal sudah habis untuk memborong dan tidak ada sisa lagi untuk membeli saham. Terpaksa saya melakukan langkah ELIMINASI. Saya pilih saham yang bobot fundamentalnya paling tinggi. Ternyata saya temukan saham tersebut adalah BVIC, Bank Victoria! Surprise? Sebuah Bank kecil yang tidak memiliki kantor cabang selain di Jakarta. Market Capitalisasinya juga kecil, nyaris tidak masuk threshold.

Saya teliti kembali Bank tersebut dengan melakukan deep investigasi. Growth selama 5 tahun terakhir luar biasa bagus, rata-rata diatas 30%. Tahunan maupun triwulan bagus. Margin, karena tidak banyak cost, juga bagus. Setelah yakin ini saham yang terbaik, saya putuskan BVIC untuk menjadi LAST RESORT.

Pasar terus turun, namun karena saya membeli semua saham pada harga discount, maka kadang-kadang ada untung sedikit atau kembali ke par, segera saya jual dan saya alihkan ke BVIC. Namun BVIC pun terus turun harganya, terpaksa saya memilih dari koleksi saham saya mana yang LOSS nya paling kecil, saya jual dan saya belikan kembali BVIC. Dari kisaran 140 per saham, sampai 114 per saham. Akhirnya semua saham saya telah saya jual dan tinggal satu-satunya: BVIC. Semua modal saya tertanam di BVIC. Dan saya tidak mampu lagi melawan penurunan BVIC. Surender.

Saya kira semua investor mengalami nasib yang sama. Bedanya umumnya para investor sudah melakukan stop-loss, sehingga yang tersisa adalah modal berupa CASH dan mengalami REAL LOST. Sedangkan saya modalnya juga tergerus sekitar 30%, bukan berupa dana tapi berupa SAHAM BVIC, sehingga saya baru mengalami POTENTIAL LOST, belum tentu rugi, masih ada harapan. Dan keadaan side-way dalam posisi rendah berjalan beberapa minggu, bahkan bulan. Saat itu kita hanya bisa menunggu.

Akhirnya terjadi jugalah pembalikan dan dugaan saya tepat. BVIC lah yang larinya paling kencang. Saya tidak terlalu sabar, sebelum target di kisaran 170-an, saya sudah jual di kisaran 160, yang penting saya masih bisa untung dan tidak sedikit.

Salam.

Jumat, 04 Januari 2013

Convergented Ageraging Down



Ejekan yang paling menyakitkan bagi trader yang senang averaging down adalah: Mereka adalah looser, penakut! Pemenang sejati selalu berani melakukan stop-loss. Hampir di semua buku mengenai saham, selalu menyarankan pembacanya melakukan stop- loss manakala pasar sedang bearish, guna mengurangi kerugian yang lebih besar,.

Berbeda dengan averaging down yang justru melakukan pembelian ulang pada saar pasar sedang bearish. Dengan pembelian ulang dengan yang harganya lebih murah tersebut, harga pembelian rata-rata menjadi menurun. Tujuan average down adalah mengejar bottom price pada saat pasar bearish, sehingga pada saat pasar pulih kembali, trader menuai profit di awal-awal harga rebound, dengan volume yang besar.

Jadi mana yang benar? Apakah mereka takut membuang barang, atau mereka malah berani membeli lagi barang pada harga discount? Biasanya trader berani melakukan averaging down bila dia yakin saham yang dikoleksinya memiliki fundamental yang kokoh dan pasar atau harga saham akan kembali membaik. Bagi mereka melakukan stop-loss adalah tindakan mengeksekusi potensial loss menjadi loss beneran, sedang average down adalah merubah potensi rugi menjadi untung. Kembali mana yang benar, wallahu alam.

Pernahkah anda mendengar istilah “Convergence Average Down”? Kejadiannya begini, suatu saat saya mengkoleksi 9 macam saham, semuanya memiliki fundamental yang lumayan bagus. Namun  yang terbaik diantara semua saham tersebut adalah BVIC, sebuah bank kecil yang daerah operasinya hanya di Jakarta. Satu-satunya kelemahan saham tersebut adalah Market Capitalizationnya yang kecil, sehingga ada kemungkinan tidak likuid di pasar.

Tiba-tiba pasar mengalami bearish. Hampir semua saham memerah. Saya kemudian menjual satu diantara 9 saham yang masih memiliki sedikit profit dan mengadakan averaged down BVIC. Pasar masih menurun, saya menjual lagi saham lain yang profitnya terkecil, kembali saya average down BVIC. Index hari demi hari terus menurun dan saya berturut-turut menjual satu persatu semua saham dan hasil penjualan saya belikan BVIC yang harganya kian menurun. Semua modal saya hanya tertanam di BVIC dengan harga perolehan yang sangat rendah.

Pada saat kemudian pasar membaik, ternyata BVIC adalah satu diantara saham-saham yang paling cepat pulih. Saat itu BVIC bahkan menduduki ranking 3 yang prosentasi kenaikannya tertinggi. Modal saya segera kembali positif dan kejadian itu menjadi salah satu koleksi trading trick saya. Tentu saja saya tidak menganjurkan anda untuk langsung meniru strategi semacam ini, situasinya belum tentu serupa.

Sadhono Hadi