Mencari

Seorang investor selalu YAKIN bahwa rejeki itu ada di pasar Modal. Tugas sejatinya adalah mencari. Keindahannya adalah dalam berusaha menemukan. Akhirnya, kepuasannya tatkala menemukan apa yang diinginkannya

Jumat, 04 Januari 2013

Convergented Ageraging Down



Ejekan yang paling menyakitkan bagi trader yang senang averaging down adalah: Mereka adalah looser, penakut! Pemenang sejati selalu berani melakukan stop-loss. Hampir di semua buku mengenai saham, selalu menyarankan pembacanya melakukan stop- loss manakala pasar sedang bearish, guna mengurangi kerugian yang lebih besar,.

Berbeda dengan averaging down yang justru melakukan pembelian ulang pada saar pasar sedang bearish. Dengan pembelian ulang dengan yang harganya lebih murah tersebut, harga pembelian rata-rata menjadi menurun. Tujuan average down adalah mengejar bottom price pada saat pasar bearish, sehingga pada saat pasar pulih kembali, trader menuai profit di awal-awal harga rebound, dengan volume yang besar.

Jadi mana yang benar? Apakah mereka takut membuang barang, atau mereka malah berani membeli lagi barang pada harga discount? Biasanya trader berani melakukan averaging down bila dia yakin saham yang dikoleksinya memiliki fundamental yang kokoh dan pasar atau harga saham akan kembali membaik. Bagi mereka melakukan stop-loss adalah tindakan mengeksekusi potensial loss menjadi loss beneran, sedang average down adalah merubah potensi rugi menjadi untung. Kembali mana yang benar, wallahu alam.

Pernahkah anda mendengar istilah “Convergence Average Down”? Kejadiannya begini, suatu saat saya mengkoleksi 9 macam saham, semuanya memiliki fundamental yang lumayan bagus. Namun  yang terbaik diantara semua saham tersebut adalah BVIC, sebuah bank kecil yang daerah operasinya hanya di Jakarta. Satu-satunya kelemahan saham tersebut adalah Market Capitalizationnya yang kecil, sehingga ada kemungkinan tidak likuid di pasar.

Tiba-tiba pasar mengalami bearish. Hampir semua saham memerah. Saya kemudian menjual satu diantara 9 saham yang masih memiliki sedikit profit dan mengadakan averaged down BVIC. Pasar masih menurun, saya menjual lagi saham lain yang profitnya terkecil, kembali saya average down BVIC. Index hari demi hari terus menurun dan saya berturut-turut menjual satu persatu semua saham dan hasil penjualan saya belikan BVIC yang harganya kian menurun. Semua modal saya hanya tertanam di BVIC dengan harga perolehan yang sangat rendah.

Pada saat kemudian pasar membaik, ternyata BVIC adalah satu diantara saham-saham yang paling cepat pulih. Saat itu BVIC bahkan menduduki ranking 3 yang prosentasi kenaikannya tertinggi. Modal saya segera kembali positif dan kejadian itu menjadi salah satu koleksi trading trick saya. Tentu saja saya tidak menganjurkan anda untuk langsung meniru strategi semacam ini, situasinya belum tentu serupa.

Sadhono Hadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar