Mencari

Seorang investor selalu YAKIN bahwa rejeki itu ada di pasar Modal. Tugas sejatinya adalah mencari. Keindahannya adalah dalam berusaha menemukan. Akhirnya, kepuasannya tatkala menemukan apa yang diinginkannya

Rabu, 02 Januari 2013

Senang Tidak Selalu Baik


Satu kelompok kelas S1 Akutansi, berkunjung ke sebuah Galeri Saham untuk meninjau langsung bagaimana bertransaksi di Pasar Modal. Fasilitator menampilkan berbagai fungsi yang terpampang pada layar monitor, beli, jual, portofolio, historical saham,pergerakan saham hari itu, antrian beli maupun antrian jual dan masih banyak lagi. 
Para mahasiswa terkagum-kagum dengan kesibukan pasar modal, lalu lintas penjualan dan pembelian saham lebih cepat dari denyut jantung manusia, setiap kedipan transaksi milyaran rupiah berpindah tangan. Dalam satu hari terjadi transaksi trilyunan rupiah. Pasar begitu ramai, layar monitor yang begitu kecil, tak mampu menampung semua informasi yang terjadi serentak dalam Pasar.
Fasilitator kemudian akan mendemonstrasikan bagaimana membeli dan menjual sebuah saham. Ia membuka accountnya sendiri dan menunjukan bahwa dari deposit yang di setorkan ke Sekuritas, telah berkembang, sebagian masih berupa uang cash dan sebagian berupa beberapa saham dan berapa nilainya pada detik itu.
Fasilitator kemudian memilih sebuah saham yang saat itu,volatilitas, atau jarak jangkauan harga tertinggi dan kedalaman harga terendah pada suatu periode, sangat tinggi, yakni saham PT Bumi Resources Tbk, milik keluarga Bakri. dengan singkatan (ticker) di pasar BUMI. Selama seminggu ini, harga terendah saham BUMIpada kisaran 2275 dan harga tertinggi 2925 rupiah per saham, volatilitasnya sampai 650 rupiah atau hampir 30% dari harga terendah. Fasilitator mendemonstrasikan pembelian 8 lot, atau 2000 lembar saham dan memasang (bid) tepat pada harga penawaran terendah, yakni 2425, sehingga langsung pada saat itu juga BUMI telah di miliki. Modal yang diperlukan untuk pembelian  ini adalah 8 x 500 x Rp.2425 atau Rp. 9.700.000,-, tampak pada layar modal cash telah berkurang. 
Para mahasiswa kemudian dengan antusias memonitor perkembangan harga saham BUMI, naik 2450, naik lagi, 2475, naik 2500, turun sedikit 2475, namun naik lagi sehingga mencapai 2575. Kapan saat jual, fasilitator menyerahkan kepada para mahasiswa sendiri untuk memutuskan, dan terjadilah perdebatan sengit. Akhirnya pada saat harga mencapai 2600 semua sepakat untuk dijual .Semua tegang menatap layar monitor menunggu pergerakan harga yang naik-turun dan ketika harga kemudian merambat naik mencapai 2600, gemuruh sorak sorai dalam ruangan galeri yang kecil itu,para mahasiswa kegirangan. 
Hanya dalam waktu kurang dari 40 menit, kekayaan telah bertambah Rp.700.000,-. Bukan main ! celetuk seorang mahasiswi, “Sama dengan uang saku-ku satu bulan”, lanjutnya lagi. Seisi Galeri, para Mahasiswa, broker, staff faculty yang mendampingi mahasiswa, senang sekali, kecuali satu orang: Si fasilitator, alias sang dosen. Mengapa justru tidak senang,tanyanya kepada diri sendiri, kemudian beliau mengumpulkan mahasiswanya dan menjelaskan sebagai berikut,
- “Sesungguhnya saya tidak mengharapkan untung. Saya malah lebih senang bila tadi kita rugi”,
- “lho kok?”, para mahasiswa muda pada bengong. Sama halnya dengan dagang apapun, dagang sahampun ada unsur gamblingnya. 

Pada permainan kasino, menang atau kalah muncul secara acak dan tidak dapat diprediksi. Bila pada awal permainan seorang pemain menang terus, menurut BF Skinner,akhli psikologi, orang akan ketagihan, karena casino bersifat additive. Kemenangan awal akan menjadi perangkap, sehingga manakala kemudian kalah, investor akan berpikir bisa mengembalikan lagi kekalahan pada permainan berikutnya.
-“Jadi saya lebih senang bila para pemula dengan modal kecil, mengalami kekalahan di permainan awal, sehingga mereka merasakan risiko dan lebih berhati-hati Perdagangan di bursa saham, memerlukan persiapan mental,disiplin, serta keinginan untuk terus belajar. buat kita. Tidak selalu yang menyenangkan itu baik Musuh utama investor saham adalah dirinya sendiri, bagaimana mengalahkan dirinya sendiri, bagaimana tegar dan konsisten kepada trading plan yang sudah dipikirkan dan dihitung tanpa terpengaruh oleh  pendapat orang lain. Pada jaman teknologi informasi yang demikian maju, setiap hari ribuan pendapat analis yang mengepung kita, apakah diri kita sendiri siap?
Sadhono Hadi
20120226
(Sumber a.l. Psychology of Investor, Hajime Aso & Toshio Aoki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar